Selasa, November 01, 2011

Aksara I


Mereka mungkin fikir peristiwa itu kecil sahaja, sebenarnya tidak.


Ahh - Engkau sudah lelah sebenarnya bermain dengan segala bagai mungkin-mungkin yang ada. Sungguh - Engkau sudah terlalu lama melayan resah sehingga mensia-siakan waktu untuk bertindak.


Sebuah tembok tinggi entah dari mana tiba-tiba muncul di hadapan - menghalang perjalanan. Dan engkau termangu-mangu tidak tahu hendak buat apa. Seakan segalanya akan bermula semula.


Engkau berdiri tegak di hadapan tembok utuh itu - menanti ia roboh dengan sendirinya - tetapi ia tidak bersifat begitu.


Suatu malam - engkau bermimpi.
Engkau berada di satu kelas padat yang membingungkan dan engkau mahu segera putus asa. Engkau berlari keluar - laju-laju, pantas-pantas. Dan di pertengahan lorong - seseorang merangkul lantas mendakapmu. Dan dakapan itu adalah dakapan nyaman yang dirindu.


Ketika bangun (kerana tersentak) - ada manik jernik di tubir mata. Sungguh - engkau merindui regu.


Hendak memulakan kembali perjalanan setelah terjatuh (dan dijatuhkan) itu perit, dan engkau sedang belajar untuk segera sembuh.


Kita sudah terlalu lama menjadi remaja penakut kerana diugut manusia penggertak. Well - salahkah faktor lain itu tidak sihat sebenarnya.


Ketika semua sahabat sudah bergerak pantas ke hadapan - mempersiap diri untuk masa depan - menggilap permata menjadi bergemerlapan - engkau masih di lohong paling gelita ini.


Ini semua mengajar engkau menjadi seorang manusia realiti, yang tidak terawang-awang di dunia utopia.


Tempat seorang anak muda di dunia ini hanya untuk yang jiwa-jiwa sajakah?


Engkau tentukan.

1 ulasan:

Zaki Zikr berkata...

bombastik tetapi idealistik

Related Posts with Thumbnails